ASAL - USUL TERBENTUKNYA GUNUNG ILA ILO DAN TLES
Kenampakan Gunung ILA, ILO dan TLES |
Pada zaman dahulu, hiduplah tiga orang gadis yang dikenal dengan nama, Mboh Yukam, Msair ILO dan Mboh ILA .
Pada zaman itu kehidupan manusia berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan belum ada kehidupan bersama dalam satu komunitas seperti saat ini. Sehingga ketika satu Keluarga atau satu marga, menemukan suatu wilayah baru yang menurut mereka baik dan disana mereka dapat berburu dan berkebun, dan dari sana mereka dapat menghasilkan makanan dan minuman untuk bertahan hidup, maka mereka akan menetap disana. Karena kehidupan saat itu yang sangat bergantung kepada hasil pertanian dan hasil buruan, maka suatu hari Mboh Yukam, Msair ILO dan Mboh ILA berencana untuk membuat sebuah kebun.
Mereka memulai dengan proses pembersihan kebun atau pamiri kebun. Proses ini mencakup semua hal dari tebang pohon, membersihkan rumbut hingga memotong tali. Pada saat memotong tali, sampailah pada sebuah tali yang dalam bahasa Ayamaru yaitu Akabes, ketika memotong mereka dikejutkan dengan ada sosok yang menahan tali itu, dan kemudian sosok yang menahan tali itupun turun dan berdiri tepat di depan mereka.
Sosok yang turun adalah seorang lelaki dengan tubuh yang dipenuhi
dengan kudis atau kaskado, dan tubuh yang kurang baik, tetapi juga tampak
sangat tua. Lelaki itu mendekati mereka dengan maksud untuk meminta makanan kepada ketiga gadis itu.
Ketika melihat sosok yang datang menghampiri mereka dengan fisik
seperti itu membuat ketiga gadis itu menjadi syok dan berteriak dengan suara
nyaring. Dan ketika beberapa kali berteriak, akhirnya lelaki itupun dalam sekejap mata hilang dari
antara mereka.
Ketika lelaki itu tiada, dan dalam kondisi panik tetapi juga kebetulah
proses pembersihan telah selesai maka mereka pun memutuskan untuk pulang ke
rumah mereka, dan mereka berencana untuk memberitahukan kepada saudara laki-laki tetapi
juga keluarga mereka untuk tiga hari lagi mereka bersama kembali ke kebun untuk
melakukan proses selanjutnya, yaitu proses pembakaran ranting pohon atau
pembersihan tahap kedua.
Waktu pun berlaku dan tibalah waktu yang dijanjikan untuk proses
pembakaran kebun. Dan mereka menyiapkan segala sesuatu untuk membakar kebun
itu. Ketika semua hal yang diperlukan sudah disiapkan, maka mereka pun segera
pergi ke kebun.
Ketika berjalan hingga dekat dengan kebun, mereka dikejutkan dengan
tiga gunung yang berada didepan mereka, karena selama mereka ada dan hidup disitu sepengetahuan mereka tidak ada gunung disekitar itu, oleh sebab itu meraka terus berbicang selama perjalanan dan mempertanyakan posisi gunung itu persisnya dimana?, dan bagaimana gunung itu bisa ada di tempat yang menurut mereka tidak ada gunung. ketika berjalan makin dekat ternyata
gunung yang diperbincangkan selamat perjalanan berada tepat di kebun yang
menjadi tujuan mereka.
Tiga gunung yang secara supranatural telah ada dan menutupi kebun itu
menjadi pertanyaan besar yang membutuhkan jawaban dari ketiga gadis itu
kepada saudara- saudara laki-laki tetapi
juga semua orang yang mengikuti mereka.
Karena banyaknya pertanyaan yang dilontarkan oleh Saudara laki-laki dan semua keluarga, maka ketiga gadis itu teringat kembali kejadian tiga hari yang lalu dan memutuskan untuk menceritakan
kejadian besar kepada semua orang, kalau mereka telah
berjumpa dengan sesosok misterius yang datang untuk meminta makanan, tetapi
mereka ketakutan dan berteriak, akhirnya sosok lelaki misterius itupun hilang
dari antara mereka.
Setelah kejadian itu, maka ketiga gadis itu
menyadari bahwa karena ulah mereka yang menolak memberi makan, dan karena teriakan merekalah yang telah membangkitkan kemarahan dari lelaki misterius itu, sehingga lelaki itu membawa ketiga gunung itu untuk menutupi kebun mereka.
Itulah kisah terjadinya gunung ILA, ILO dan Tles yang masih ada hingga
saat ini dan menjadi bukti sejarah, bagi masyarakat setempat.
Pesan moral dari kisah ini ialah bahwa, Jangan memandang muka. Ketika
bertemu dengan orang baru dengan fisik yang kurang baik menurut pandangan kita,
maka jangan sekali-kali jijik atau menertawakan mereka langsung di depan mereka, karena akan sangat menyinggung perasaan mereka dan bagaimanapun
juga mereka adalah manusia sesama ciptaan Tuhan. Hal ini sangat penting kita
lakukan agar kita tidak mendapatkan kemalangan seperti kisah di atas, atau
jangan sampai yang datang adalah Ia yang berkuasa atas Semesta Alam dan kita
menolak Dia.
Cerita Rakyat di atas terjadi tepatnya di Kampung Sauf Distrik Ayamaru
Selatan Kabupaten Maybrat Provinsi Papua Barat.
Sekian