Jumat, 26 Maret 2021

KEPERCAYAAN ADALAH TANGGUNG JAWAB

KEPERCAYAAN ADALAH TANGGUNG JAWAB 



 Sumber gambar : Ahmaliansyah.blokspot.com


Pengertian tanggung jawab menurut KBBI adalah suatu keadaan dimana wajib menganggung segala sesuatu sehingga kewajiban menanggung memikul tanggungjawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.


Tanggung jawab adalah suatu keadaan dimana wajib menanggung segala sesuatu, wajib berarti suatu keharusan, ketika seseorang dapat menjalankan tanggung jawab itu berarti telah melakukan keharusan itu begitupun sebaliknya, jika tidak bertanggung jawab maka akan dikatakan tidak melakukan keharusan itu.

 

Terlepas dari defenisi yang diberikan oleh KBBI atau defenisi tanggung jawab yang diberikan oleh para ahli. Disini saya memiliki  defenisi tersendiri tentang tanggung jawab. Bagiku kepercayaan adalah tanggung jawab.

Saya memiliki sebuah kisah, kisahnya terjadi ketika bapa saya berkunjung ke tempat perkuliahanku, kedatangan bapa saya tidak sendiri, dia bersama para pemimpin yang berasal dari kampung halamanku, mereka terdiri dari kepala kampung, kepala distrik, ketua DPR, para dosen tetapi juga para pejabat kabupaten. Ketika mereka datang mereka tinggal di hotel. Dan ketika saya mendengar bahwa bapa telah sampai, saya langsung berkunjunga ke tempat tinggal mereka, sesampainya disana saya langsung disambut oleh bapa yang saat itu sedang duduk bersama dengan para pemimpin yang baru saja menyelesaikan sarapan pagi. Bapa langsung meyambut saya dan langsung memperkenalkan saya kepada semua pemimpin dengan berkata, dia anak anak laki-laki saya. Dan saat itu banyak orang kaget dan mengatakan mengapa bapa mengatakan dia adalah anak laki-laki bapa? Sedangkan dia adalah seorang perempuan. Saat itulah bapa mulai menjelaskan alasan kenapa dia memanggilku dengan sebutan anak laki-laki. Bapa berkata “ Dia adalah anak laki bagi saya, karena didalam keluargaku dan semua anak-anakku dialah yang paling saya harapkan, dan harapan saya tidak mungkin salah, hanya dia yang akan mengangkat nama baikku, dia tidak mungkin mempermalukanku, dan juga saya percaya padanya”. Sebuah ungkapan yang berani dan sontak membuatku kaget, seperti saya baru saja dikejutkan oleh listrik bertegangan tinggi. Hal yang membuat saya begitu syok adalah bahwa saat itu saya baru berada di semester 3 dan waktuku masih sangat panjang. 

Bagi semua anak, pasti ingin bebas dan ingin hidup dengan cara mereka sendiri. Tetapi saat itu saya mulai hidup bukan lagi hidup untuk diriku sendiri tetapi hidup menurut standar yang dibuat bapaku. Hal itu tanpa dipaksa harus saya lakukan dikarenakan jika saya berani melanggar maka saya akan mempermalukan ayah saya seumur hidupnya. Saya harus menjaga nama baik bapa dengan menjaga diri saya dan harus menjadi seperti apa yang bapa inginkan. Banyak pilihan bebas yang ingin saya pilih tetapi apa daya, sudah ada garis tegas yang ditarik bapa untuk saya. Disitulah saya mulai sadar ternyata tanggung jawab terbesar adalah kepercayaan. Bagiku tidak ada tanggung jawab sebesar itu.

 

Kepercayaan adalah tanggung jawab terbesar, ketika kita diberi tanggung jawab dan dibarengi dengan kapercayaan maka menjadi keharusan untuk membuat yang terbaik untuk sang pemberi tanggung jawab itu dan semua daya dan upaya akan kita kerahkan untuk membuat yang terbaik karena kepercayaan tadi. Kita telah dipercaya maka balasan dari kepercayaan itu ialah menjadi yang terbaik. Ketika pernyataan itu saya sampaikan, banyak orang mendengar dengan nada datar karena saya tau bahwa mungkin saja mereka belum menyadari itu atau belum mengalaminya. Jika mereka telah mengalaminya maka mereka akan mengatakan benar kepercayaan itu adalah sebuah tanggung jawab yang sangat besar. Tanggung jawab terbesar itu dapat dilihat ketika :

o   Masa Perkuliahan

Ketika sedang berkuliah, maka wajib hukumnya untuk memberi nilai terbaik kepada orang tua, karena orang tua yang memberi tanggung jawab akan selalu mengawasi semua kinerja kita. Mereka akan selalu bertanya, “bagaimana nilaimu semesrer ini?, bisa bapa melihanya?” pertanya –pertanyaan ini sudah pasti akan dilontarkan kepada kita, dan untuk menghindar dari kekecewaan adalah belajar yang keras, sehingga ketika ditanya kita bisa dengan berani dan senyuman memberikan hasil itu kepada mereka. Dan hasil yang diperoleh tidak diperoleh dengan cara yang mudah tetapi dengan cara yang terkadang membuat kita kecapaian. Terkadang kita mengorbankan waktu tidur kita di saat teman-teman yang lain tidur dengan nyeyak, kita masih sibuk untuk mempersiapkan banyak hal untuk menghadapi ujian maupun menyelesaikan tugas-tugas yang dikasih dengan tidak mengerjakannya secara biasa-biasa saja. Tetapi kita akan mengerjakan dengan sangat baik hanya untuk membuat orang tua bangga. Dan satu lagi ketika banyak teman-teman mengajak kita untuk nongkrong di Cafe pasti kita tidak akan pernah hadir dan masih banyak hal indah yang ingin sekali kita terlibat tetapi apa daya, kita harus tetap pada tujuan membuat orang tua bangga. Semua hal tentang kita harus dikubur. Semua hal tentang menjaga tanggung jawab itu.

o   Masa Berpacaran

Ketika kita diperhadapkan dengan seorang lelaki atau perempuan yang telah membangkitkan rasa memiliki dalam diri kita, maka kita tidak akan melakukan apa-apa, dengan alasan takut jika hubungan kita denganya malah menjadi penyebab nilai kita jelek, atau kita akan takut jika sosok yang datang malah akan membuat konsentrasi terganggu. Jika saat ini telah tiba dan jika kita diperhadapkan dengan teman-teman kampus yang jalan bersama kekasihnya atau bermesraan bersama atau setidaknya ada teman yang bisa diajak jalan bersama atau dapat menjadi orang pertama yang dapat membantu mereka, hal itu akan membuatu kita memiliki keinginan yang sama. Kita akan mulai berfikir ingin rasanya saya mengalami hal yang sama seperti mereka, tetapi apa daya. Ketika kita ingin seperti mereka, maka kepercayaan orang tua akan sebagai suatu bayangan yang akan menghantuimu dan membuat kita harus mengurung niat untuk melangkah maju. dan akan sangat tersiksa tetapi semua bukan tentang kita tetapi tentang kepercayaan.

o   Ketika Kamu Seorang Anak Adat

Ketika kamu terlahir sebagai anak adat yang memiliki adat yang mengikat, maka saat ini akan menjadi hal terberat, ketika kamu diperhadapkan dengan seseorang yang memenuhi criteria yang kamu inginkan tetapi tidak sesuai dengan criteria orang tuamu maka, kamu harus bisa merelakan dia, karena ketika yang kamu suka adalah orang diluar sukumu, maka dia tidak mungkin memenuhi tuntutan adat yang akan diberikan oleh orang tuamu. Semua niatmu akan dibatalkan, lebih baik hatimu yang hancur dari pada kehilangan kepercayaa. Sekali lagi tentang menjaga kepercayaan diatas segalanya. Sampai hatimu rela hancur karena yang terpenting adalah menjaga kepercayaan itu.

 

Dan masih banyak lagi hal-hal yang ingin kita lakukan tetapi tanggung jawab itu selalu saja datang dan mengatakan jangan untuk semua yang kita lakukan. Semua hal terkait dengan kesenangan kita akan dinomor duakan dan juga kebahagiaan kita akan dikesampingkan dan kepercayaan yang menjadi tanggung jawab kita yang selalu kita jalankan. Bagai lilin yang rela membakar dirinya, demi menerai seluruh ruangan.

 

Tetapi satu hal yang pasti semua pengorbanan yang kita lakukan tidak dilakukan begitu saja, memang disepanjang jalan ini kita mengalami banyak hal yang terkadang membuat kita tidak mampu melangkah tetapi dipenghujung dari semua yang kita lakukan, pasti kita akan mendapat kebahagiaan yang abadi yang dapat menggantikan hari-hari perjalanan kita yang melelahkan. Semua yang dilakukan orang tua bukan untuk membuat kita menderita, tetapi semunya hanya untuk kebahagiaan yang sempurna. Bukan kenikmatan sesaat yang akan menghancurkan kita. Karena tidak ada orang tua yang mengharapkan sesuatu yang tidak baik terjadi bagi anaknya. Atau “ Tidak ada orang tua yang memberi batu ketika anaknya minta roti”  kata Yesus Sang Juru Selamat.

 

Sekian!!!

MELAWAN DEFENISI CANTIK BUATAN KOLONIAl

MELAWAN DEFENISI CANTIK 

BUATAN KOLONIAl



Syalom
Jumpa lagi kita !!!!

        Hari ini kita akan membahas sedikit tentang melawan defenisi cantik buatan kolonial. Defenisi cantik buatan kolonial atau defenisi cantik yang dibuat juga oleh kaum penganut paham patriarki. Defenisinya yaitu perempuan dikatakan cantik jika memenuhi kriteria, berambut lurus, berkulit putih dan juga bentuk tubuh yang proporsional. Defenisi yang dibuat diadopsi langsung oleh banyak kalangan perempuan, baik perempuan yang berasal dari ras melayu, atau melanesya atau ras-ras yang lain. Defenisi ini diadopsi secara baik, hal ini dapat terlihat dari perempuan melalu gaya hidupnya yaitu, untuk memenuhi defenisi itu, ada perempuan yang sampai mau meluruskan rambut bagi yang berambut keriting, ada yang membeli prodak pemutih wajah untuk memutihkan wajah hingga ada yang nekat melakukan operasi plastik hanya untuk mendapatkan atau memenuhi defenisi cantik itu.

Strategi yang dipakai oleh kolonialis untuk membenarkan atau memperkuat defenisi mereka, ialah dengan menanamkan defenisi cantik itu sejak dini,  sehingga generasi selanjutnya dapat menerimanya dengan baik dan mengira bahwa itu suatu budaya yang telah dijalankan turun-temurun dalam kalangan masyarakat itu dan merupakan sesuatu yang sah - sah saja.

Tidak ada yang dilakukan begitu saja oleh kaum kolonialis. Semua yang mereka lakukan pasti terselip suatu niat besar. Disini saya bisa katakana bahwa defenisi yang dibuat hanya untuk membuat agar prodak mereka laku dipasaran. dan mereka berhasil membuat para perempuan yang malas berfikir mengadopsi defenisi itu secara baik tanpa melihat, apakah defenisi ini benar atau tidak?, tetapi yang mereka tahu adalah bahwa yang terpenting adalah mereka sudah bisa memenuhi defenisi itu dan bagi mereka hal itu sangatlah cukup walau sangat banyak biaya yang dikeluarkan dari saku mereka. Semua yang mereka kerjakan hanya untuk memenuhi gaya hidup. Dan bagi mereka, yang penting apa yang dilihat orang dan apa yang dikatakan orang, bukan apa kata mereka. hal ini membuat banyak perempuan yang terjebak dalam defenisi yang salah,  seperti ada yang kehilangan wajah alami mereka dan mendapatkan wajah yang rusak secara permanen, akibat dari defenisi yang salah itu.

        Ketika kita berkaca dari defenisi cantik dari zaman prasejarah maupun zaman sejarah khusunya orang Papua, cantik zaman dulu lebih ditekankan kepada perilaku yang baik yang tidak berbenturan dengan norma adat, agama dan sosial dari masyarakat itu sendiri. dan untuk cantik secara fisik adalah hal nomor dua. Masyarakat zaman dulu lebih melihat kecantik secara non fisik ketimbang kecantikan fisik. memang zaman milenial hari ini sangat banyak merubah kehidupan umat manusia, sehingga defenisi yang salah pun, dianggap benar dan dijadikan budaya karena hal itu dijalankan secara terus-menerus. 

        Defenisi cantik zaman milenial ini banyak mengalami perkembangan yang begitu pesat tetapi lebih kepada kecantikan fisik ketimbang non fisik, kecantikan non fisik atau kecantikan hati sangat jarang diperhatikan, dan banyak orang diperdaya oleh karena apa yang tampak itu. dan banyak perempuan berlomba untuk mendapatkan kecantikan fisik itu terlebih dulu dan ada yang berusahan dengan kemunafikan menyembuyikan kejelekan hati dengan kecantikan fisik. hal ini dapat dilihat saat ini dengan banyaknya perceraian dalam keluarga karena lebih memperhatiakan kecantikan fisik ketimbang hati. 

        Defenisi yang salah ini, banyak membawa dampak buruk bagi perempuan itu sendiri tetapi juga bagi keluarga dari perempuan itu, seperti yang saya singgung bahwa banyak perceraian terjadi karena kesalahan defenisi tadi. Defenisi cantik yang harus diterapkan adalah defenisi cantik yang tidak berbenturan dengan norma adat, agama dan sosial dalam masyarakat itu. cantik yang tidak berbenturan dengan norma adat seperti, adat menuntut untuk perempuan menggunakan pakaian yang tertutup untuk menjaga kewibawaan sebagai anak adat yang menyimpan kehormatan dan nilai adat tetapi juga tidak meninggalkan atau tidak mempercantik diri menggunakan prodak dari luar dan melupakan prodak adat atau budaya. seperti perempuan harus menggunakan noken dan memiliki talenta  dalam menjaga warisan leluhur. Defenisi kecantikan yang tidak berbenturan dengan norma agama yaitu agama mengajarkan untuk menjaga kekudusan diri dengan cara tidak menggunakan pakaian yang menunjukan bagian tubuh yang dapat menjadi batu sandungan bagi orang lain. Tetapi juga memperhatikan hati sebagai bait Allah yang penuh dengan kasih kepada semua orang. tepai juga tidak berbenturan dengan norma sosial yaitu bergaya sesuai dengan kondisi tempat hidupmu, seperti jika kita hidup di perkampungan maka bergayalah sesuai dengan tempat tinggalmu karena jika kamu berada diwilaya perkampungan tetapi cara berdandanmu seperti sedang bepergiaan ke mol akan salah tempat. untuk itu sangat penting menyaring semua prodak kapitalis dengan  tiga norma tadi agar kamu tidak mengalami penolakan dalam masyarakat tetapi juga tidak terjebak dalam defenisi yang salah. 

            Defenisi yang salah dapat diadopsi dan dijalankan dengan baik bagi mereka yang mau makan tanpa melihat atau menanyakan bagaimana cara mengolah makan itu. Atau menginginkan hal yang instan. Untuk itu sebelum bertindak atau mencoba suatu prodak kolonialis alangkah baiknya berfikir terlebih dahulu, maka akan terhindar dari defenisi yang salah. Ingatlah bahwa defenisi cantik yang dipakai saat ini adalah sebuah alat pelaris bagi kapitalisme dan standar cantik yang dipakai adalah cantik yang dibuat oleh ras kulit putih atau ras dominan. bukan ras kulit hitam. Manusia di dalam dunia ini diciptakan dengan berbagai ras dan dari ras itu terbagi lagi menjadi bangsa, budaya, suku, dan kelompok masyarakat. dan bagian-bagian suku ini memiliki defenisi cantiknya sendiri. Maka sebelum menerima paham dari luar, kenali terlebih dahulu defenisi cantik menurut sukumu. Karena defenisi cantik yang dibuat dalam kalanganmu telah melewati banyak model ketidakseimbangan hingga dapat diterima dengan baik karena defenisi cantik itu telah disaring dengan baik oleh norma adat, agama dan social dalam masyarakat itu, maka dengan defenisi yang baik dari sukumu, kamu dapat menyaring defenisi dari luar sehingga kamu tidak terjebak dalam defenisi yang salah.

 

Perbanyak mempercantik hatimu, karena kecantikan hatimu dapat membantu mempercantik fisikmu. Perempuan tidak cukup hanya cantik, karena cantik tidak dapat membuat kerukunan dalam keluarga. Tetapi hati yang baik dapat membuat keluarga itu tetap utuh. 

Sibuklah mempercantik hatimu, karena kecanyikan hatimu dapat menjamin kehidupan abadi, sedangkan kecantikan fisik hanya akan berakhir dalam penuwaan dan kematian.

Sekian !!!!


Kamis, 11 Maret 2021

Curahan Isi Hati Mama Yohana


Nama saya Yohana, saya lahir di Papua wilayah Kepala Burung. Saya mempunyai seorang suami bernama Benyamin dan seorang anak. Pembayaran maskawin di sana,  ialah bahwa ketika kami kedapan berhubungan, maka akan diadakan pertemuan adat untuk memutuskan hubungan kami, apakah, kawin atau tidak?. itulah budaya kami, sehingga sayapun dituntut untuk masuk pertemuan adat ketika bertemu dengan Benyami. ketika keputusan pada pertemuan adat maka keluarga memutuskan saya untuk kawin. setelah itu saya langsung diminang oleh keluarga Benyamin. Ketika prosesi peminangan, saya diminang dengan banyak harta dikarenakan keluarga Benyamin telah mengetahui bahwa saya adalah anak adat pula. Prosesi adat di wilayak kepala burung terkadang proses pembayarannya dilakukan sesuai dengan standar yang dimiliki oleh keluarga wanita. Dengan banyak harta benda dari pihak keluarga Benyamin saya diminang , setelah itu dilanjutkan dengan proses Pernikahan dan pembayaran maskawi. Setelah semua proses adat berakhir saya langsung dibawah oleh Benyamin dan keluarganya untuk memulai pengapdian saya kepada suami dan keluarga baru saya.

Ketika kami hidup bersama, saya dituntut untuk memiliki keturunan dan saya pun memenuhinya, dan ketika anak itu lahir, anak itu langsung dibuatkan prosesi adat yaitu “ potong pusat ” yang akan diserahkan langsung kepada orang tua saya begitupun selanjutnya jika saya dikaruniai lagi anak maka proses itu akan terus dijalankan.

Begitu banyak proses adat yang dilalui oleh seorang laki-laki adat di tanah Papua, jika dirinya telah siap untuk membentuk rumah tangga baru. Karena beratnya proses adat yang dilakukan oleh keluarga pihak laki-laki,  terkadang itu menjadi alasan untuk Si suami menerapkan budaya patriarki kepada istrinya. Budaya patriarki ini tidak datang dari suami saja tetapi terkadang datang dari pihak keluarga suami. Mereka merasa bahwa mereka telah mengeluarkan banyak harta dan sudah sepantasnya menantu mereka melayani mereka dengan baik.

Ketika saya hidup bersama suami saya, saya berusaha untuk menjaga nama baik keluarga saya dengan menjalankan semua tugas saya sebagai seorang istri dengan baik. Terkadang semua prosesi adat yang dilakukan tidak sebanding tanggung jawab yang akan dipikul seorang istri seumur hidupnya. Terkadang setiap saat saya selalu melakukan rutinitas yang sama, seperti bangun paling awal untuk menyediakan makan untuk suami dan keluarganya, membereskan rumah, memandikan anak, menyiapkan bekal untuk kemudian akan dibawah ke kebun. Ketika di kebun saya tidak bisa duduk-duduk saja, saya harus bisa mencari tempat untuk menidurkan anak saya, agar saya dapat membantu suami saya bekerja, jika anak saya tidak ingin tidur terpaksa saya harus menggendongnya dipunggung kemudia membantu suami saya bekerja, ketika jam maka siang tiba saya harus menyediakan makan untuk suami dan anak saya, setelah itu saya boleh makan, setelah makan saya langsung membersikan sisa makanan dan kemudia kembali bekerja membantu suami saya. Ketika semua tanggung jawab selesai kami akan mengambil bekal di kebun yang sudah siap panen untuk makan malam, ketika selesai kami akan langsung pulang, tetapi semua hasil kebun akan masuk di noken saya dan saya akan memikul sambil menggendong anak saya didepan. Sesampainya di rumah saya tidak dapat beristirahat tetapi segera mengolah makan malam, memandikan anak dan menyediakan makan malam untuk keluarga. Setelah semua telah siap saya dapat membersihkan diri dan makan malam dan kemudia membujuk anak saya untuk tidur agar sayapun bisa tidur untuk menghilangkan semua kepenatan saat bekerja disiang hari. jika anak saya telah tertidur saya sangat bersyukur, jika tidak terpaksa saya harus menahan kantuk saya walau saya begitu lelah. Proses ini terus saya alami selama saya hidup dengannya. Dan ini bisa dianggap sebagai rutinitas wajib setiap saat.

Dalam rutinitas saya, terkadang tidak ada waktu bagi saya untuk sedikit bersantai untuk kemudian mengurus diri sendiri atau mempercantik diri. Karena banyaknya tanggung jawab itu membuat saya terlihat sangat kusam dan tidak terlihat menawan sebagai seorang istri. Terkadang orang lain menilai saya bahwa saya bukan perempuan yang baik dikarenakan tak mempu mempercantik diriku, saya terlalu sibuk mengurus semua yang terbaik untuk keluargaku hingga lupa yang terbaik untuk diri saya sendiri. Ketika orang lain menilai saya dengan semua yang saya lakukan, terkadang saya berusaha untuk tetap berfikir positif bahwa mereka berbicara seperti itu karena mereka tidak mengetahui dengan pasti apa yang sesungguhnya terjadi dalam keluarga saya dan apa yang telah saya alami dan mengapa saya seperti itu. Saya tidak pernah memusingkan apa kata mereka, yang saya tahu, saya sedang berusaha menjadi yang terbaik untuk keluarga saya, dan berusaha memenuhi tanggung jawab adat yang diberikan saat prosesi pembayaran maskawi. Memang tidak mudah menjadi perempuan adat ketika kita dihargai dengan adat maka kita harus sebaliknya menghargai adat itu dengan menjaga kepercayaan yang diberikan oleh adat kepada kita.

Akibat dari melanggar adat ada sangsinya bagi setiap orang yang melanggarnya. Maka saya tetap bertahan dan berusaha menjadi yang terbaik untuk keluarga saya terlebih, saya akan berusaha sekuat tenaga agar mampu mendidik anak-anak saya agar tidak lagi mengalami apa yang saya alami tetapi dikemudian hari anak-anak saya dapat menjadi pengambil kebijakan dalam kalangan masyarakat terutama anak-anak perempuan saya. Semua yang saya alami biar saya yang alami, tetapi jangan itu terjadi juga kepada anak cucu saya. Saya menginginkan ada kesetaraan gender dan terciptanya kerja sama yang baik dalam keluarga anak-anak saya kelak, sehingga sistim patriarki yang dibentuk dari adat tidak terjadi lagi bagi generasi  saya kedepannya.

Tidak ada yang salah dari adat, adat adalah salah satu pagar yang dapat melindungi keutuhan keluarga. Dengan banyaknya harta benda yang dikeluarkan seorang perempuan akan sangat berhati-hati dalam melayani keluarganya dan begitupun dengan suami, akan sangat rugi ketika dia berfikir untuk memiliki istri lagi. Karena budaya orang kami jika suami berfikir untuk menghianati istrinya maka dia sudah harus menyiapkan harta lagi untuk perempuan barunya dan membayar nama baik dari istri pertamannya dan begitupun sebaliknya. Sehingga bagiku adat sangat berperan penting dalam menjaga keutuhan perkawinan, tetapi budaya patriarki yang ditanamkan oleh laki-laki kepada perempuan itu yang salah. Dalam hubungan keluarga ketika didalamnya ada kerja sama yang baik, maka di dalam keluarga itu, akan ada banyak kebahagiaan di dalamnya. Ketika kerja sama itu tercipta tidak ada pihak yang merasa dirugikan dan merasa menderita, dengan begitu suami istri akan saling melayani satu sama lain dan sudah pasti banyak pekerjaan akan sangat cepat terselesaikan dan banyak kebahagiaan akan tercipta didalamnya atau proses kesetaraan ketika ditaman Eden itu akan dinikmati lagi.

Sudah cukup saya menanggung semunnya, saya akan tetap pada focus saya tanpa memusingkan semua yang dikatakan orang tentang saya. Saya hanya ingin semua yang terjadi di dalam hidup saya tidak terjadi lagi untuk anak-anak dan generasi saya selanjutnya. Saya ingin menciptakan situasi Eden untuk keluarga dan anak-anak saya, dengan menanamkan banyak didikan yang baik dan mengarahkan mereka serta membuka wawasan berfikir mereka tentang adat dan budaya patriarki dan terlebih lagi pengenalan akan Tuhan Sang Pemberi Pertumbuhan kepada mereka anak-anak saya..

itu harapan Saya!!

 

 

Sekian

 

 

 

BELAJAR DARI KISAH MEDUSA

  Saat mendengar kata Medusa, mungkin yang bakal langsung terlintas di pikiran kita bahwa Medusa adalah sosok wanita yang kepalanya dipe...