Sumber Foto : Papuans Foto, Hutan Gunung Meja Manokwari Papua Barat
Kemerdekaan menjadi hal yang sangat di harapkan oleh setiap mahluk hidup. kemerdekaan itu bisa berbicara tentang kemerdekaan untuk hidup seperti apa yang kita mau. Bebas melakukan apa yang kita mau, bebas bepergian kemanapun dan masih banyak lagi jenis - jenis kebebasan. tetapi terkadang dalam kehidupan banyak insan yang masih tertindas oleh insan lain, atau insan yang kuat menindas insan yang lemah. Bentuk – bentuk penindasan yang terjadi dalam kehidup bermacam – macam, tetapi saat ini kita akan melihat penindasan yang terjadi pada dunia perempuan.
Perempuan mengalami banyak pendindasan akibat beban ganda yang ditimpakan padanya. Ia ketikan menjadi seorang istri, ia menjadi sosok yang secara adat dan agama harus bisa memandang dan mendengar dari suaminya. Keputusan hidupnya tidak datang dari dirinya sendiri. Hak untuk memutuskan semuanya harus datang dari seorang laki – laki atau suaminya. Perempuan tidak lagi hidup seratus persen untuk dirinya sendiri. Banyak hal tentang dirinya harus diurung demi kebahagiaan kelurganya, ditanbah lagi ketika ia memiliki anak. Tidak ada waktu berkualitas untuk dirinya. Dia tidak bebas melakukan apa yang dia mau, dia benar – benar tidak seratus persen hidup.
Hidup adalah anugrah atau suatu kemerdekaan yang diberikan Tuhan. Bukti dari izin Tuhan untuk kemerdekaan yaitu memberi keinginan bebas untuk manusia. Manusia hidup dan bebas melakukan apapun sesuai dengan apa yang diingkan hatinya. Jika Tuhan saja tak memiliki hak untuk berlaku otoriter untuk umat ciptaannya, maka mengapa manusia saling menindas?. Dalam kehidupan saat ini banyak contoh dan bukti dari kehidupan telah banyak terlihat, khusunya penindasan dan beban ganda yang diberikan kepada seorang perempuan. Diparlemen diberikan hak kepada perempuan 30% dari 70 % persen untuk laki – laki. Dalam lingkungan hidup perempuan mendapatakan penindasan yang berasal dari adat, agama dan kehidupan sosialnya. Banyak bentuk penindasan yang hari ini sudah menjadi budaya dalam kehidupan.
Banyak perempuan mudah saat ini yang diberi tanda kutip pasrah dan malas berfikir, mau saja untuk ditindas asalkan ia dapat diakui dalam lingkungan adat dan agama serta lingkungan sosialnya. Dalam lingkungan adat memberi kehormatan kepada seorang perempuan jika, ia diminang oleh lelaki yang mengetahui dan menjunjung tinggi adat yang berlaku, yaitu melakukan proses peminangan, jika untuk perempuan Papua penyelesaian adat dalam hal, proses pembayaran uang minang hingga maskawin harus dilakukan. Hal ini menjadi bagian yang didambakan oleh para perempuan muda. Mereka lupa bahwa setelah memenuhi tugas adat dan agamanya serta menyenangkan banyak mata yang melihat, nasibnya akan seperti apa?, apakah menyenangkan orang lain menjamin kebahagiaan dia nanti setelah menikah?. Yang ia dapat setelah menikah adalah perbudakan, perempuan tidak mendapat kemerdekaan setelah itu. Tubuhnya harus rusak karena memiliki anak dan terbentur beban ganda. Perempuan harus tunduk dalam aturan adat dan agama yang telah merestuinya. Agama dan adat memerintahkan untuk perempuan harus tunduk dan mengapdi untuk suaminya dan berusaha untuk menyenangkan suaminya karena itu ada bagaian dari ibadahnya. Kembali lagi TUhan saja memberi kebebasan untuk manusia ciptaan-Nya, mengapa manusia saling menindas?. Perempuan pantas untuk merdeka, merdeka untuk mengambil keputusan, merdeka untuk melakukan semua hal sesuai keinginan hatinya. Dia adalah pribadi yang diciptakan sama seperti seorang laki – laki. Perempuan pantas untuk hidup dan tentunya tidak hanya hidup tetapi merdeka dengan hidupnya, karena untuk itulah dia hidup.
Jangan pernah sibuk menyenangkan hati orang disekitar kita, mereka merdeka dan kita pun merdeka, masing – masing menjalani hidup, jangan menyibukan diri kita hanya untuk menjadi apa yang orang lain inginkan. Hidup kita adalah tanggung jawab kita, mau nikah sekarang atau esok itu hak kita, siapapun tak pantas mengatur hidup kita. Karena yang akan bertanggung jawab untuk diri kita adalah diri kira sendiri. Kita bebas memilih hidup seperti apa yang kita jalani. Banyak perempuan saat ini mengorbankan kemerdekaannya hanya untuk menyenagkan orang tua keluarga dan orang sekitar. Dan berusaha menutup semua penderitaan dan pura – pura bahagia demi apa yang orang lain lihat. Hidup ini memang kita harus menjadi berkat untuk orang lain, tetapi bukan berarti mengorbankan diri kita, kebahagiaan kita dan kemerdekaan kita untuk orang lain.
Nikah itu bisa kapan saja, kita yang tentukan, menikah itu masalah kesiapan, karena ketika kita membawah pernikahan kita pada persetujuan adat dan agama, maka kita harus bisa ,menjaga dan menjalankan semua sumpah adat dan agama yang berlaku. Jika kita tidak mau bertanggung jawab, jangan ambil tanggung jawab. Nikmati hidupmu, buatlah dirimu bernar – benar hidup. Jangan terburu – buru menjadi budak. Kamu di ciptakan untuk bebas dan merdeka bukan untuk hidup dalam penindasan. Dan kamu bebas untuk itu. Nikah adalah masalah tanggung jawab untuk menjadi budak. Bukan orang merdeka.
Perempuan itu bagai kapal, ketika ia belum memilih untuk menikah, ia akan bebas berlayar kemanapun dia mau, tetapi ketika ia menikah kehidupan bagai berada di pelabuhan, karena berada diatas laut dia berfikir bahwa dia merdeka padahal dia lupa bahwa ada jangkar yang dilabukan dan tali besar yang terikat di pelabuhan. Sehingga kemerdekaannya hanyalah sesuatu yang tak nyata.
Putuskan sendiri.